Post by layla on Mar 8, 2006 7:36:25 GMT -5
What's the meaning of Valentine's Day
Barangsiapa membuat-buat dalam urusan (agama) kami ini, amalan yang bukan bagian darinya, ia tertolak. (Bukhori - Muslim)
Assalamu’alaikum temen-temen...
Bulan Februari kita melihat media massa, mal, pusat hiburan bersibuk-ria berlomba menarik perhatian remaja dengan menggelar pesta perayaan yang tak jarang berlangsung hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Semuanya karena: Valentine's Day. Biasanya mereka saling mengucapkan "selamat Valentine", kirim kartu dan bunga, saling curhat, menyatakan sayang or cinta karena anggapan saat itu adalah hari kasih sayang. Benarkah demikian?
S E J A R A H V A L E N T I N E
Katanya, sih, zaman dahulu kala, hiduplah seorang kaisar Romawi yaitu Kaisar Claudius II yang menganggap tentara muda bujangan alias masih jomblo lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St. Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga dia ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M.
A S A L K A T A “V A L E N T I N E”
Berasal dari Latin yang berarti : ‘Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, Yang Maha Kuasa’. Kata ini ditujukan pada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, jika kita meminta orang to be my Valentine, berarti kita me-lakukan perbuatan yang Allah murkai (karena memintanya menjadi ‘Sang Maha Kua-sa’) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam disebut Syirik.
Adapun Cupid, si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod ‘the hunter’ dewa Matahari. Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri! Ih, na’udzubillah.
Wong banyak perempuan lain yang bisa dizinai dengan halal (maksudnya habis nikah) kok sama ibunya sendiri? Kekurangan orang, kali, ya? Gara-gara pada nggak mau nikahin dia?
Gitchu fren!!! Valentine tak ada kaitannya dengan ‘kasih sayang’, lalu kenapa kita masih juga menyambut Hari Valentine? Adakah yang istimewa di hari itu? Adat? Atau hanya ikut-ikutan semata tanpa tahu asal muasalnya? Bila demikian, sangat disayang-kan banyak teman-teman kita--remaja putra-putri Islam--yang terkena penyakit ikut-ikutan mengekor budaya Barat dan acara ritual agama lain. Padahal Allah Swt befirman: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertang-gung jawabnya? (Al Isra': 36).
H U K U M M E R A Y A K A N V A L E N T I N E
Keinginan untuk ikut-ikutan memang fitrah manusia, tetapi hal itu menjadi tercela dalam Islam bila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Padahal Rasul saw melarang kita mengikuti tata cara peribadatan selain Islam: “Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.’ (HR Tirmidzi).
Bila merayakannya bermaksud untuk mengenang kembali Valentine maka tidak di-sangsikan lagi bahwa ia telah kafir. Adapun bila ia tidak bermaksud demikian maka ia telah melakukan suatu kemungkaran yang besar.
Nih, Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah ketika ditanya tentang hukum merayakan Valentine?s Day mengatakan : “Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena:
1. Hari raya bid’ah yang tak ada dasar hukumnya dalam syari’at Islam.
2. Bikin hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan syari’at Islam, tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam ben-tuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya tiap muslim bangga dengan agamanya, nggak jadi orang yang tak mem-punyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari ujian hidup, yang tampak atau tidak, dan meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.”
Temen-temen... ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi perayaan ini adalah acara ritual agama lain! Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta itu sesuatu yang baik, tapi bila dikaitkan dengan pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka.
Alhamdulillah, kita punya ganti yang jauh lebih baik dari semua itu, so kita nggak perlu meniru en menyerupai mereka. Di antaranya, seorang ibu punyai kedudukan yang agung, kita bisa memberikan ketulusan dan cinta itu padanya dari waktu ke waktu, juga buat ayah, saudara seiman, dll, tapi tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir. Kita bisa melakukannya kapan pun di mana pun.
Semoga Allah Swt menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparan-nya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah Swt menjadikan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang disebutkan, “Kecintaan-Ku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, saling mengunjungi karena Aku dan saling berkorban karena Aku.” (Al-Hadits).
Barangsiapa membuat-buat dalam urusan (agama) kami ini, amalan yang bukan bagian darinya, ia tertolak. (Bukhori - Muslim)
Assalamu’alaikum temen-temen...
Bulan Februari kita melihat media massa, mal, pusat hiburan bersibuk-ria berlomba menarik perhatian remaja dengan menggelar pesta perayaan yang tak jarang berlangsung hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Semuanya karena: Valentine's Day. Biasanya mereka saling mengucapkan "selamat Valentine", kirim kartu dan bunga, saling curhat, menyatakan sayang or cinta karena anggapan saat itu adalah hari kasih sayang. Benarkah demikian?
S E J A R A H V A L E N T I N E
Katanya, sih, zaman dahulu kala, hiduplah seorang kaisar Romawi yaitu Kaisar Claudius II yang menganggap tentara muda bujangan alias masih jomblo lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St. Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga dia ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M.
A S A L K A T A “V A L E N T I N E”
Berasal dari Latin yang berarti : ‘Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, Yang Maha Kuasa’. Kata ini ditujukan pada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, jika kita meminta orang to be my Valentine, berarti kita me-lakukan perbuatan yang Allah murkai (karena memintanya menjadi ‘Sang Maha Kua-sa’) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam disebut Syirik.
Adapun Cupid, si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod ‘the hunter’ dewa Matahari. Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri! Ih, na’udzubillah.
Wong banyak perempuan lain yang bisa dizinai dengan halal (maksudnya habis nikah) kok sama ibunya sendiri? Kekurangan orang, kali, ya? Gara-gara pada nggak mau nikahin dia?
Gitchu fren!!! Valentine tak ada kaitannya dengan ‘kasih sayang’, lalu kenapa kita masih juga menyambut Hari Valentine? Adakah yang istimewa di hari itu? Adat? Atau hanya ikut-ikutan semata tanpa tahu asal muasalnya? Bila demikian, sangat disayang-kan banyak teman-teman kita--remaja putra-putri Islam--yang terkena penyakit ikut-ikutan mengekor budaya Barat dan acara ritual agama lain. Padahal Allah Swt befirman: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertang-gung jawabnya? (Al Isra': 36).
H U K U M M E R A Y A K A N V A L E N T I N E
Keinginan untuk ikut-ikutan memang fitrah manusia, tetapi hal itu menjadi tercela dalam Islam bila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Padahal Rasul saw melarang kita mengikuti tata cara peribadatan selain Islam: “Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.’ (HR Tirmidzi).
Bila merayakannya bermaksud untuk mengenang kembali Valentine maka tidak di-sangsikan lagi bahwa ia telah kafir. Adapun bila ia tidak bermaksud demikian maka ia telah melakukan suatu kemungkaran yang besar.
Nih, Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah ketika ditanya tentang hukum merayakan Valentine?s Day mengatakan : “Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena:
1. Hari raya bid’ah yang tak ada dasar hukumnya dalam syari’at Islam.
2. Bikin hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan syari’at Islam, tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam ben-tuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya tiap muslim bangga dengan agamanya, nggak jadi orang yang tak mem-punyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari ujian hidup, yang tampak atau tidak, dan meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.”
Temen-temen... ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi perayaan ini adalah acara ritual agama lain! Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta itu sesuatu yang baik, tapi bila dikaitkan dengan pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka.
Alhamdulillah, kita punya ganti yang jauh lebih baik dari semua itu, so kita nggak perlu meniru en menyerupai mereka. Di antaranya, seorang ibu punyai kedudukan yang agung, kita bisa memberikan ketulusan dan cinta itu padanya dari waktu ke waktu, juga buat ayah, saudara seiman, dll, tapi tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir. Kita bisa melakukannya kapan pun di mana pun.
Semoga Allah Swt menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparan-nya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah Swt menjadikan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang disebutkan, “Kecintaan-Ku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, saling mengunjungi karena Aku dan saling berkorban karena Aku.” (Al-Hadits).