Post by Ima on Dec 21, 2005 0:21:36 GMT -5
Sepuluh seniman akan mendapatkan penghargaan Satya Lencana Kebudayaan dari Menneg Kebudayaan dan Pariwisata melalui Dirjen Nilai Budaya Seni dan Film.
Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 042/TK/2004 tanggal 30 Juli 2004, mereka yang akan mendapatkan penghargaan Satya Lencana Kebudayaan itu adalah Putu Wijaya (sastrawan); Remy Sylado (seniman); Suka Hardjana (musisi); almarhum Bambang Harsrinuksmo; almarhum Mursal Esten (pelestari budaya tradisional, pendidikan dan sastra kebudayaan, terakhir Ketua Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Padang); almarhum H Abdul Hamid Djabar (penyair); Nortier Simanungkalit (pencipta lagu); Hajjah Andi Siti Nurhani Sapada (koregrafer dari Makassar); HA Muhammad Rum (budayawan dari Makassar); dan Edward Hutabarat (perancang busana).
Menurut rencana penyerahan penghargaan Satya Lencana Kebudayaan akan diserahkan oleh Menneg Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, di Balairung Depbudpar, Jalan Medan Merdeka Barat, Senin (19/12) pukul 14.00 WIB.
Dikatakan Dirjen Nilai Budaya Seni dan Film, Sri Hastanto, Jumat (16/12), penyerahan penghargaan ini diberikan kepada mereka yang telah mengabdikan dirinya bagi pengembangan dan pelestarian seni dan budaya.
Seharusnya penghargaan ini diberikan tahun 2004, namun mengingat pada tahun itu terjadi kesibukan politik di Tanah Air seperti pelaksanaan pilkada, maka penghargaan baru diberikan tahun ini. "Ini hanya masalah teknis saja," ujar Sri.
Selain Satya Lencana Kebudayaan, pemerintah juga akan memberikan Hadiah Seni kepada almarhum Ahyar Adam (seniman musik tunanetra) yang berjasa melestarikan dan mengembangkan seni musik tradisional di Sumatera Barat; Muhammad Salim (transliterator dan translator naskah I La Galigo); Yufen Afonsius Biakai (pembina kebudayaan suku adat Agatz Asmat dari Jayapura); dan I Libertus Ahie (pembina kebudayaan suku adat Dayak dari Pontianak, Kalbar).
Hadiah Seni ini merupakan keputusan Menneg Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM.48/KP.107/MKP.2004 tanggal 28 Juli 2004.
Tak hanya itu saja, pemerintah juga memberikan Anugerah Kebudayaan kepada penulis buku anak yang berdedikasi kepada kebudayaan. Mereka adalah Drs Suyadi (d**enal sebagai tokoh Pak Raden dalam Si Unyil); Soekanto SA (pengarang, penulis dan pendongeng anak); Bambang Djoko Susilo (pengarang, penulis).
Sri Hastanto mengatakan, mereka yang mendapat Hadiah Seni dan Anugerah Kebudayaan dianggap telah turut menciptakan, mengembangkan, dan melestarikan nilai-nilai kearifan lokal, sehingga nilai kearifan lokal ini tidak hanya d**enal masyarakat masa kini namun juga telah juga menjadi pegangan hidup.
Menanggapi rencana pemberian Satya Lencana Kebudayaan, Remy Sylado mengaku terkejut. Ketika ditemui di ruang kerja Dirjen Nilai Budaya Seni dan Film, Remy menganggap pemberian ini sebuah guyonan, karena dirinya tidak menyangka mendapat penghargaan ini. "Saya kaget, malah menganggap guyonan. Saya tidak tahu spesialisasi saya itu apa? Saya masih menulis buku, menyutradarai teater, tapi saya melihat ini (profesi) sebagai proses berkesenian. Berkesenian bagi saya itu adalah mensyukuri bakat yang diberikan Tuhan kepada saya," ujar Remy.
Ditemui di tempat yang sama, Putu Wijaya mengaku sangat senang atas pemberian Satya Lencana Kebudayaan. Dia berharap, penghargaan ini bisa memacu kreativitas berkesenian dengan penuh tanggung jawab. "Penghargaan ini harus saya pertanggungjawabkan dengan karya yang lebih baik," kata Putu.
Penulis: Ima
Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 042/TK/2004 tanggal 30 Juli 2004, mereka yang akan mendapatkan penghargaan Satya Lencana Kebudayaan itu adalah Putu Wijaya (sastrawan); Remy Sylado (seniman); Suka Hardjana (musisi); almarhum Bambang Harsrinuksmo; almarhum Mursal Esten (pelestari budaya tradisional, pendidikan dan sastra kebudayaan, terakhir Ketua Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Padang); almarhum H Abdul Hamid Djabar (penyair); Nortier Simanungkalit (pencipta lagu); Hajjah Andi Siti Nurhani Sapada (koregrafer dari Makassar); HA Muhammad Rum (budayawan dari Makassar); dan Edward Hutabarat (perancang busana).
Menurut rencana penyerahan penghargaan Satya Lencana Kebudayaan akan diserahkan oleh Menneg Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, di Balairung Depbudpar, Jalan Medan Merdeka Barat, Senin (19/12) pukul 14.00 WIB.
Dikatakan Dirjen Nilai Budaya Seni dan Film, Sri Hastanto, Jumat (16/12), penyerahan penghargaan ini diberikan kepada mereka yang telah mengabdikan dirinya bagi pengembangan dan pelestarian seni dan budaya.
Seharusnya penghargaan ini diberikan tahun 2004, namun mengingat pada tahun itu terjadi kesibukan politik di Tanah Air seperti pelaksanaan pilkada, maka penghargaan baru diberikan tahun ini. "Ini hanya masalah teknis saja," ujar Sri.
Selain Satya Lencana Kebudayaan, pemerintah juga akan memberikan Hadiah Seni kepada almarhum Ahyar Adam (seniman musik tunanetra) yang berjasa melestarikan dan mengembangkan seni musik tradisional di Sumatera Barat; Muhammad Salim (transliterator dan translator naskah I La Galigo); Yufen Afonsius Biakai (pembina kebudayaan suku adat Agatz Asmat dari Jayapura); dan I Libertus Ahie (pembina kebudayaan suku adat Dayak dari Pontianak, Kalbar).
Hadiah Seni ini merupakan keputusan Menneg Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM.48/KP.107/MKP.2004 tanggal 28 Juli 2004.
Tak hanya itu saja, pemerintah juga memberikan Anugerah Kebudayaan kepada penulis buku anak yang berdedikasi kepada kebudayaan. Mereka adalah Drs Suyadi (d**enal sebagai tokoh Pak Raden dalam Si Unyil); Soekanto SA (pengarang, penulis dan pendongeng anak); Bambang Djoko Susilo (pengarang, penulis).
Sri Hastanto mengatakan, mereka yang mendapat Hadiah Seni dan Anugerah Kebudayaan dianggap telah turut menciptakan, mengembangkan, dan melestarikan nilai-nilai kearifan lokal, sehingga nilai kearifan lokal ini tidak hanya d**enal masyarakat masa kini namun juga telah juga menjadi pegangan hidup.
Menanggapi rencana pemberian Satya Lencana Kebudayaan, Remy Sylado mengaku terkejut. Ketika ditemui di ruang kerja Dirjen Nilai Budaya Seni dan Film, Remy menganggap pemberian ini sebuah guyonan, karena dirinya tidak menyangka mendapat penghargaan ini. "Saya kaget, malah menganggap guyonan. Saya tidak tahu spesialisasi saya itu apa? Saya masih menulis buku, menyutradarai teater, tapi saya melihat ini (profesi) sebagai proses berkesenian. Berkesenian bagi saya itu adalah mensyukuri bakat yang diberikan Tuhan kepada saya," ujar Remy.
Ditemui di tempat yang sama, Putu Wijaya mengaku sangat senang atas pemberian Satya Lencana Kebudayaan. Dia berharap, penghargaan ini bisa memacu kreativitas berkesenian dengan penuh tanggung jawab. "Penghargaan ini harus saya pertanggungjawabkan dengan karya yang lebih baik," kata Putu.
Penulis: Ima