Post by bim bim on Mar 20, 2006 20:43:11 GMT -5
Rindu Bunda Mengenang Papa
1. Rindu Kepada Bunda :
Allahu Akbar....Allahu Akbar......Allahu Akbar
Laa Ilaha Ilallahu Wallahu Akbar
Allahu Akabar Walillailham
Begitu syahdu gema takbir membahana mengoyak kesombongan diri
Kuucapkan kalimat suci syahdu ini berulang kali
Tanpa terasa sebutir air mata menetes mengalir membasahi pipi
Dengan khusuk terus kutelusuri alunan gema takbir akbar
Hingga datang kilas-bayang wajah dua orang tercinta nun jauh di sana dekat merona di kelopak mata
Terbayang wajah Ibunda yang telah tua renta
Tubuh mulai bungkuk, kulit mulai keriput, fisik mulai melemah
Garis-garis di wajah kian menua, kernyit dahi seakan memanggil-manggil namaku
Gema suara rindu kian merasuk....menusuk...jauh menembus kedalam kalbu
Dia yang telah renta, dia yang selalu tabah...ramah…tegar..tersenyum...pasrah berdoa
Dia yang selalu dibayangi kerinduan bertemu mendiang suami yang telah tiada
Dia yang telah berkorban untuk sukses anak tercinta
Dia yang dengan sabar memberi makan suap demi suap kesebelasannya
Dia yang dengan ikhlas memberi air susu tetes demi tetes
Dia yang selalu menanti kedatangan putra putri kesayangan yang selalu dibanggakan
Puncak penantian selalu muncul setiap tahun di setiap hari raya fitri
Terbayang kerinduan pada suasana kebiasaan lama yang dulu rutin dilakukan
Teringat kebiasaan saat semua berkumpul lengkap di hari yang akbar
Semua canda..ceria...tawa...berbagi cerita dan pengalaman...oh...indahnya...oh...lucunya
Tapi itu dulu...dulu sekali...semua seperti angan yang tak mungkin pernah terwujud lagi
Tanpa terasa kembali sebutir air mata menetes mengalir membasahi pipi
Allahu Akbar...Allahu Akbar...Allahu Akbar
Laa Ilaha Ilallahu Wallahu Akbar
Allahu Akabar Walillailham
2. Mengenang Papa :
Saat ini terbayang wajah tua karismatik penuh bawa
Tubuh kekar...serius...gigih...disiplin tinggi
Mata tajam optimis menantang kehidupan masa depan
Berkat kegigihanmu aku besar dan tegar
Berkat motivasimu aku tumbuh dan berkiprah
Dengan role modelmu aku sukses dalam berkarya
Namun belum sempat aku berbakti padamu
Belum sempat aku membalas jasamu
Engkau telah menghadap-Nya memenuhi kodrat iradat Ilahi
Apakah Papa bisa melihat kiprah anakmu ini?
Allahu Akbar...Allahu Akbar...Allahu Akbar
Laa Ilaha Ilallahu Wallahu Akbar
Allahu Akabar Walillailham
Dengan kebesaran dan keagunganMu yaaa Allah yaaa Rabbi
Kumohon maaf dan ampun atas segala dosa dan kilaf ayahanda
Dengan kasih sayang-Mu wahai yang maha agung
Limpahkanlah segala kasih sayangMu kepada beliau
Sebagaimana beliau telah melimpahkan kasih dan sayangya dulu kepadaku.
Sekarang Papa berbaring tenang diharibaanNya
Di pusara nun jauh disana.....namun merona dekat di mata
Papa nampak jelas membayang dalam mata bathin ini
Kasih sayangmu melekat abadi dihati
Semoga Papa selalu bahagia di alammu
Sebagaimana aku bahagia di hari raya yang fitri ini
Tanpa terasa sebutir lagi air mata menetes mengalir membasahi pipi
Allahu Akbar...Allahu Akbar...Allahu Akbar
Laa ilaha ilallahu Wallahu Akbar
Allahu Akabar Walillailham
jakarta 05 desember 1998
sandy putra jaya
1. Rindu Kepada Bunda :
Allahu Akbar....Allahu Akbar......Allahu Akbar
Laa Ilaha Ilallahu Wallahu Akbar
Allahu Akabar Walillailham
Begitu syahdu gema takbir membahana mengoyak kesombongan diri
Kuucapkan kalimat suci syahdu ini berulang kali
Tanpa terasa sebutir air mata menetes mengalir membasahi pipi
Dengan khusuk terus kutelusuri alunan gema takbir akbar
Hingga datang kilas-bayang wajah dua orang tercinta nun jauh di sana dekat merona di kelopak mata
Terbayang wajah Ibunda yang telah tua renta
Tubuh mulai bungkuk, kulit mulai keriput, fisik mulai melemah
Garis-garis di wajah kian menua, kernyit dahi seakan memanggil-manggil namaku
Gema suara rindu kian merasuk....menusuk...jauh menembus kedalam kalbu
Dia yang telah renta, dia yang selalu tabah...ramah…tegar..tersenyum...pasrah berdoa
Dia yang selalu dibayangi kerinduan bertemu mendiang suami yang telah tiada
Dia yang telah berkorban untuk sukses anak tercinta
Dia yang dengan sabar memberi makan suap demi suap kesebelasannya
Dia yang dengan ikhlas memberi air susu tetes demi tetes
Dia yang selalu menanti kedatangan putra putri kesayangan yang selalu dibanggakan
Puncak penantian selalu muncul setiap tahun di setiap hari raya fitri
Terbayang kerinduan pada suasana kebiasaan lama yang dulu rutin dilakukan
Teringat kebiasaan saat semua berkumpul lengkap di hari yang akbar
Semua canda..ceria...tawa...berbagi cerita dan pengalaman...oh...indahnya...oh...lucunya
Tapi itu dulu...dulu sekali...semua seperti angan yang tak mungkin pernah terwujud lagi
Tanpa terasa kembali sebutir air mata menetes mengalir membasahi pipi
Allahu Akbar...Allahu Akbar...Allahu Akbar
Laa Ilaha Ilallahu Wallahu Akbar
Allahu Akabar Walillailham
2. Mengenang Papa :
Saat ini terbayang wajah tua karismatik penuh bawa
Tubuh kekar...serius...gigih...disiplin tinggi
Mata tajam optimis menantang kehidupan masa depan
Berkat kegigihanmu aku besar dan tegar
Berkat motivasimu aku tumbuh dan berkiprah
Dengan role modelmu aku sukses dalam berkarya
Namun belum sempat aku berbakti padamu
Belum sempat aku membalas jasamu
Engkau telah menghadap-Nya memenuhi kodrat iradat Ilahi
Apakah Papa bisa melihat kiprah anakmu ini?
Allahu Akbar...Allahu Akbar...Allahu Akbar
Laa Ilaha Ilallahu Wallahu Akbar
Allahu Akabar Walillailham
Dengan kebesaran dan keagunganMu yaaa Allah yaaa Rabbi
Kumohon maaf dan ampun atas segala dosa dan kilaf ayahanda
Dengan kasih sayang-Mu wahai yang maha agung
Limpahkanlah segala kasih sayangMu kepada beliau
Sebagaimana beliau telah melimpahkan kasih dan sayangya dulu kepadaku.
Sekarang Papa berbaring tenang diharibaanNya
Di pusara nun jauh disana.....namun merona dekat di mata
Papa nampak jelas membayang dalam mata bathin ini
Kasih sayangmu melekat abadi dihati
Semoga Papa selalu bahagia di alammu
Sebagaimana aku bahagia di hari raya yang fitri ini
Tanpa terasa sebutir lagi air mata menetes mengalir membasahi pipi
Allahu Akbar...Allahu Akbar...Allahu Akbar
Laa ilaha ilallahu Wallahu Akbar
Allahu Akabar Walillailham
jakarta 05 desember 1998
sandy putra jaya