Post by Gatot Arifianto on Nov 30, 2005 11:51:41 GMT -5
Indonesia tanah air beta, pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala, slalu dipuja-puja bangsa
Di sana tempat lahir beta, dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua...
Serta bunyi bambu ketika dingin birahi
senyap gerimis, aura lampu dan rumput
lumayan sehabat ketimbang derap mobil di jalan basah
apalagi, serangga demam berdarah!
Syahdu resital katak
tenang gang setapak melepas kota
Harum jarak-melati, sigegas dan ramarama
(singgah komik mungil di samping kulminasi saresmi)
: Deras hujan, bola plastik, perahu kertas, petak umpet
niscaya rancak goda cuaca di atas tanah yang hilang
“Cempe-cempe, undangna barat gedhe, dak upahi duduh tape ” *
Lagu putih yang tenggelam gaul Jamrud, Sheila on 7, dan Coldplay
Padahal piring pecah, besi karat, kerikil tajam dan petir menggelegar
Sabun anti kuman?
Jam kehilangan akal
semangat kehabisan lelah
bahaya permainan mengasyikkan!
Teroris-perusuh bangsa?
Adalah realita jika nostalgi berwisma di kepala
Mungkin ingat menyulut petasan di halaman Tuhan?
Atau ketapel mangga menuai kaca?
Bulan masih pingsan
Bacin dewata yang hangus
muncrat lewat karnaval kucing kawin
Dan panah, jarum, batu, pisau, kaktus
menerkam tanpa detik: Surga Koes Plus, tai dunia!
Antara gelap, bayangan gelisah dalam genangan amis raflesia
salak anjing, kelelawar dan burung hantu
Kita korbankan sebuah malam untuk lingkungan
sehabis kopi dan camilan lokal memaki angan tentang rasa aman:
“ Segera sanitasi moral sebelum pagi mengantar kita ke jaman sampah!“
Dan ronda berjalan
Tangis bayi jangkrik menerjemahkan zikir tengah sunyi berburu kabut nurani!
Lebih dari BIN, Mangku Pastika dan
Sampai akhir menutup mata
Nusantara 2002
Catatan Kaki Puisi Ronda
Pembuka dan penutup lagu Indonesia Pusaka
* Anak kambing-anak kambing, panggilkan angin besar, akan kubayar dengan air tape.
Indonesia sejak dulu kala, slalu dipuja-puja bangsa
Di sana tempat lahir beta, dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua...
Serta bunyi bambu ketika dingin birahi
senyap gerimis, aura lampu dan rumput
lumayan sehabat ketimbang derap mobil di jalan basah
apalagi, serangga demam berdarah!
Syahdu resital katak
tenang gang setapak melepas kota
Harum jarak-melati, sigegas dan ramarama
(singgah komik mungil di samping kulminasi saresmi)
: Deras hujan, bola plastik, perahu kertas, petak umpet
niscaya rancak goda cuaca di atas tanah yang hilang
“Cempe-cempe, undangna barat gedhe, dak upahi duduh tape ” *
Lagu putih yang tenggelam gaul Jamrud, Sheila on 7, dan Coldplay
Padahal piring pecah, besi karat, kerikil tajam dan petir menggelegar
Sabun anti kuman?
Jam kehilangan akal
semangat kehabisan lelah
bahaya permainan mengasyikkan!
Teroris-perusuh bangsa?
Adalah realita jika nostalgi berwisma di kepala
Mungkin ingat menyulut petasan di halaman Tuhan?
Atau ketapel mangga menuai kaca?
Bulan masih pingsan
Bacin dewata yang hangus
muncrat lewat karnaval kucing kawin
Dan panah, jarum, batu, pisau, kaktus
menerkam tanpa detik: Surga Koes Plus, tai dunia!
Antara gelap, bayangan gelisah dalam genangan amis raflesia
salak anjing, kelelawar dan burung hantu
Kita korbankan sebuah malam untuk lingkungan
sehabis kopi dan camilan lokal memaki angan tentang rasa aman:
“ Segera sanitasi moral sebelum pagi mengantar kita ke jaman sampah!“
Dan ronda berjalan
Tangis bayi jangkrik menerjemahkan zikir tengah sunyi berburu kabut nurani!
Lebih dari BIN, Mangku Pastika dan
Sampai akhir menutup mata
Nusantara 2002
Catatan Kaki Puisi Ronda
Pembuka dan penutup lagu Indonesia Pusaka
* Anak kambing-anak kambing, panggilkan angin besar, akan kubayar dengan air tape.